Mungkin kisahku ini bisa dijadikan pelajaran buat para suami yang memiliki kegemaran selingkuh. Juga buat para istri yang menjadi korban perselingkuhan. Seperti perempuan lain pada umumnya, pada awal pernikahan kami, aku merasa keadaan rumah tangga kami selalu baik-baik saja. Bahkan bisa dibilang sangat romantis dan penuh dengan kebahagiaan. Namun setelah usia perkawinan memasuki tahun ketiga, aku mencium adanya ketidakberesan dengan prilaku suamiku.
Oh, iya sebut saja namaku Helen (nama samaran), saat ini aku sudah dikarunia satu orang anak. Suamiku sebut saja Ari (bukan nama sebenarnya) bekerja sebagai seorang kepala bagian di salah satu perusahaan swasta bertaraf internasional di Jakarta. Pada awalnya Ari merupakan sosok suami yang sangat baik dan pengertian, namun setelah kami dikarunia satu orang anak, sikap Ari secara perlahan mulai berubah.
Awalnya perubahan itu memang tak kucemaskan, karena aku berfikir perubahan itu adalah hal yang wajar, karena ia kini telah memiliki anak, sehingga libidonya pasti akan menurun. Namun semakin hari, prilakunya semakin membuatku bingung dan kecewa. Karena setiap kali aku mencoba merayu dan mencumbunya, ia seolah enggan merespon. Bahkan tak jarang ia membentakku dengan marah.
Namun pada saat-saat tertentu, ia malah terlihat begitu bergairah dan sangat mesra, sikap yang jarang sekali ia perlihatkan sejak ia memiliki anak. Yang membuatku sangat tak nyaman, saat menyetubuhiku ia sama sekali tak mau memandangku, matanya selalu terpejam seolah tengah membayangkan hal-hal lain atau mungkin juga perempuan lain. Sikap yang juga tak pernah ia lakukan sebelumnya. Dan ketika aku bertanya tentang sikapnya itu, ia terlihat begitu gugup dan tak mampu menjawa dengan lancar.
Hal-hal seperti itulah yang akhirnya membuatku curiga dan berprasangka buruk terhadapnya. Namun begitu aku masih berusaha bersabar dan meyakinkan diriku sendiri, bahwa apa yang aku curigai tak akan pernah menjadi kenyataan, sambil aku terus berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Ari. Mungkinkah ia berselingkuh atau mungkin juga itu hanya prasangkaku saja.
Dan ternyata kecurigaanku semakin bertambah, manakala Ari semakin hari menunjukan prilaku yang sangat mencurigakan. Ia pernah sekali menyebut nama seorang perempuan saat ia kami sedang bergumul. Saat itu Ari telah mencapai punyak kenikmatannya dan secara tak sengaja menyebut sebuah nama dan yang jelas itu bukan namaku. Saat itu juga aku mendorong tubuhnya yang saat itu masih berada di atas tubuhku.
Malam itu kami bertengkar hebat, suamiku masih tetap berusaha menutupi semua kesalahannya dengan berbagai alasan. Malam itu aku hanya bisa meratapi penderitaanku. Ketika aku tengah mendapatkan kehangatan dan kenikmatan dengan tiba-tiba suamiku menyebut nama perempuan lain. Saat itu aku merasa bahwa suamiku hanya menganggap aku boneka pemuas nafsu yang tak memiliki perasaan yang hanya akan digunakan saat ia berhasrat.
Esoknya, aku membawa anakku pulang ke rumah orangtuaku. Aku tak peduli lagi dengan ulah suamiku yang berselingkuh. Namun di rumah, ayah menasehatiku untuk tak berperasangka buruk sebelum benar-benar mendapatkan bukti yang kuat. “Kamu belum lihat ia bersama perempuan lain kan?” tanya ayahku dan aku hanya bisa menggeleng.
Dan atas saran ayahku juga aku akhirnya menemui ‘orang pintar’ yang katanya mampu mensiasati agar suamiku terbukti berselingkuh dengan syarat, setelah terbukti dan ia meminta maaf aku harus memaafkanya dan menjalani kembali kewajiban-kewajibanku terhadapnya. Orangtua itu lantas memberiku air putih dalam botol yang harus diminum suamiku, bagaimanapun caranya.
Hari itu juga aku kembali ke rumah, kebetulan suamiku belum pulang dari kantornya. Setelah hari menjelang sore, seperti biasa aku menyiapkan air minum di atas meja, cuma kali ini air yang kuberikan adalah air putih pemberian si ‘orang pintar’ itu. Sambil menunggu dengan hati berdebar-debar aku terus berdoa agar Ari tak mencurigaiku dan masih mau meminum air putih yang kuberikan. Saat itu aku khawatir Ari tak pulang ,karena marah atas kepergianku yang tanpa pamit kepadanya.
Saat Ari pulang ia memang menunjukan kekesalannya kepadaku, ia tak menegurku bahkan memalingkan mukanya saat aku berusaha menatapnya. Tapi untunglah Ari meminum air yang sudah aku persiapkan. Lega rasanya melihat Ari menghabiskan air dalam gelas itu. Tapi aku masih was-was dan penasaran dengan khasiat air putih itu. “Apa sih yang akan terjadi dengan suamiku?”
Setelah tiga hari, aku memang mendapati prilaku suamiku yang kembali bersikap hangat kepadaku. Namun sepertinya ia memiliki beban yang sangat berat dan malu mengungkapkannya padaku. Tapi setelah kudesak ia akhirnya mau bercerita, bahwa saat itu ia takut tak bisa melayaniku seperti biasanya karena selama tiga hari belakangan ‘senjatanya’ tak bisa berfungsi. “Ah masa sih mas?” kataku sambil berusaha meraba pangkal pahanya yang tiba-tiba saja bergerak dan bertambah besar. “Makanya jangan suka selingkuh, rasakan tuh akibatnya,” gerutuku dalam hati.
Monday, December 10, 2012
KU BUAT LOYA BURUNG SUAMIKU
9:10 AM
Unknown
No comments
0 comments:
Post a Comment