Berkah Herbal Banner 20
ViralGen Referral Shopping
ViralGen Referral Shopping

Friday, December 14, 2012

Cerita Sex Ngentot Model Cantik Langgananku



Berikut Ngentot Model Cantik Langgananku "Cerita Dewasa":
Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakan saya di dalam gang yang agak terisolir dan gelap. Saya pilih tempat ini karena selain murah, juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para tetangga.

Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu besar, karena harganya murah. Tapi bagi saya yang merantau ke Jakarta ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai kuliah saya juga tidak terlalu berlebihan.

Saya baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu padat. Biasanya sekitar jam 3 sore saya sudah kembali ke rumah.

Fotografi adalah hobi saya. Untunglah saya hidup di masa foto digital sudah merebak, sehingga hobi saya tidak terlalu membebani biaya rutin bulanan.

Di samping tumah saya ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah obyek foto saya. Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak mengenal anak-anak di lingkungan itu.

Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model adalah Ery.

Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab dengan saya sehingga sering menerobos kamar saya ketika saya sedang asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula minta diajari menyelesaikan PR nya.

Saya tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai pelajarannya selalu unggul.

Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery sering main ke rumah saya. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja dari pagi sampai petang.

Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampaknya bongsor dan genit.

Tapi waktu itu saya tidak terpikir sedikit pun untuk tertarik secara seksual.

Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar mandi. Rumah saya memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang biasa begitu. Namun tiba-tiba saya mendengar dia menjerit memanggil saya. “Mas….. mas…..mas… tolong mas ada cacing”

Saya kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, ” dimana”

“Ini di sini aku jijik, tapi aku malu,” jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba.

“Lantas gimana, apa perlu aku tolong,”

Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , ” mas tolong mass)

Kunci pintu kamar mandi terdengar dibuka dan Ery dengan berpenutup handuk berdiri sambil agak nungging.
Aku menerobos masuk dan mencari di sekitar lantai, ” mana ” kataku.

“Ini mas di pantat dia nggak mau keluar menggantung.

Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya.

“Sebentar aku ambil tisu”

Aku keluar dan mulai terpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. “Sini nungging, nggak usah malu kalau takut sama cacing.”

Ery tanpa pikir panjang Lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir 10 cm.

Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. “Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar.”

” Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya.” Ery kembali nongkrong menghadap ke arah ku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang masih gundul.

Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kontol mulai ngaceng.

Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. “Mas Ada lagi nggak cacing yang keluar?”

Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari belakang.

Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa ada cacing yang tergantung. Yang aku perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing, padahal meneliti bentuk memeknya yang merekah merah.

Kontolku mengeras maksimal. “nggak ada lagi kok,’ kata ku datar.

“Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya.”

Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jijik. Ery ku suruh jongkok di depan ku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap tanganku di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol memeknya. “Mas jangan ke situ mas geli,” kata Ery ketika kesenggol clitorisnya.

Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. ” Masih ada cacingnya nggak mas,” tanya Ery.

“Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang.”

Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa.

Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek yang kecil dan tertutup.

Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. “Sakit” tanya ku.

“Sedikit tapi juga geli”

Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. “Ssssshhh…..ssssshhh….ssss hhhh”

“Nggak ada lagi kok” kataku menyudahi pemeriksaan jahil.

Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya.

“ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya,” kata Ery bersungut-sungut.

KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh.

Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri.

Celakanya Ery sejak saat itu sering minta diceboki. Anak ini makin manja. ” Abis enak sih diceboki ama Mas,” katanya manja.

Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian.

Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya, kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat.

Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So tidak ada penghalang.

Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik langsung atau dalam file di komputer.

Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi pribadi.

Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up. Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya memeknya dipluek.

Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery.

Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani.

Suatu hari Ery menegurku. ” Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong,” katanya.

Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan.

“Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?” tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan.

“Ery juga pengin motret mas telanjang,’ katanya.

“Mati aku,” aku jadi makin terpojok.

Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk bertahan. ” Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?” Ery hanya mengangguk.

Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng, kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku menerangkannya.

Muncul akal. “Sebentar Mas mau buang air dulu ya.” Aku buru-buru masuk kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital ku.

Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi menyorot diriku dari berbagai posisi. “Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan,” kata ku dalam hati.

Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring.

Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. ” Lho mas kok kontolmu jadi bengkak.

“YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak,” kataku sekenanya.

“Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak,” katanya polos.

“Ya agak sakit,” kataku berbohong.

“Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak,” katanya bersungguh-sungguh.

“Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai.

“Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil telanjang, kata ku.” Otakku jadi kurang kurang sehat kalau lagi sange. Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau lagi sange mana berpikir panjang begitu.

Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya.

Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru numbuh dan memeknya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang juga. Buktinya memeknya ketika kuraba mulai basah.
Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan memeknya basah juga.

Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya, mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. Ery binggung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan.

Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes karena dianggap itu menjijikkan. Aku bilang aku nggak jijik, cobalah. Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung clitorisnyanya. ” Ah geli mas, ” katanya sambil menarik menjauhkan memeknya dari lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget.

“Coba lagi” kataku.

Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi.
“Ok siap ya” kata ku.

Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut ke vaginanya dan lidahku mencari clitoris di ujung atas liptan memeknya bagian dalam.

Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan jilatan lembut ke clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung clitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah telentang sepenuhnya. Aku pun makin bersemangat menjilati clitorisnya. Ery mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh…..sssshhhh….. ssssssshhhhh.

Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekankan lidahku diitilnya. Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya.

Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. ” Geli dan enak banget mas, apasih tadi itu,” katanya kemudian setelah dia mulai siuman.

“Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual.”

Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi kontolku mengacung tegak ke atas.

Tangannya kuraih dan kubawa ke kontol ku untuk menggenggamnya. ” Keras amat mas, kenapa sih,” tanyanya penuh keheranan.

“Bisa sembuh nggak,” tanynya lagi.

“BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya”

“Caranya gimana”

“Caranya sama seperti tadi mas lakukan pada Ery.”

“Ih Ery nggak bisa mas, Ery jijik” protesnya.

” Kalau mas nggak jijik, kenapa Ery jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh.” ujar ku.

Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke kontol ku. Tangannya mulai menggenggam batang kontolku yang keras seperti kayu.

“Coba jilat ujungnya” kata ku memberi komando.

Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh kepala kontolku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa.

” Kulum,” perintahku.

“Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin,” protesnya.

Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung kontol ku.

Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala kontolku.,

“jangan sampai kena gigi Ry”

Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser kontol ku.

“Manju mundur dan sedot yang kuat,” kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini.

Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya.

“Rya bawahnya juga dijilat ,” Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku.

Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai pintar ini.

Ssshhh …… sssshhh ….. aduh enak ry terus Ry, Sedot lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh dari Kontolku dan kubekap kontolku yang segera memuntahkan cairan kental putih ke atas perutku.

Ery menatap heran. ” Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu,” tanyanya.

“itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi,” kataku.
Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku.

Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan.

Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga.

Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku bisa melihatnya.

Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu.

Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul.

Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh.

Aku ingin membenamkan kepala kontolku saja, untuk merasakan kenikmatan memeknya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala kontolku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di dalam vagina ada yang terasa menghalangi.

Gerakanku hanya maju mundur 1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya.

Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala kontolku.

Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang kontolku, karena kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang nikmat.

Ketika Kepala kontolku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan menarik nafas.

Kontolku aku pertegang sehingga ada efek sedikit mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Ery mengernyit kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang kontolku masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi.

Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali.

Ery makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung.

Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa kontolku terbenam sekitar separuhnya.

Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya bermain setengah tiang.

Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada memek Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya.

Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk membenamkan seluruh batang kontolku, meskipun gerakanku tetap hati-hati dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang kontolku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat dan sempitnya memek Ery.

Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan kontolku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan lama di dalam memek yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan aku muntahkan di perut cewek imut ini.

Sebelum memulai membenamkan kontolku aku selalu memuaskan Ery dengan oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya memek ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama.

Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami sampai Ery mencapai usia 11 tahun.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by KAWASANBUGIL | Bloggerized by MAJALAH DEWASA - http://kawasanbugil.blogspot.com/ | SAMUDERA