Pernikahanku dengan Arjuna sudah memasuki tahun ke 15 Selama itu hubunganku dengan Arjuna sangat harmonis. Apalagi dengan kehadiran tiga buah hati kami. Namun, petaka di dalam keluargaku mulai muncul tatkala aku mengenal facebook (FB). Gara-gara jejaring sosial inilah impianku untuk membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan lelaki lain melalui FB.
Cerita ini berawal ketika 2010 lalu aku diperkenalkan oleh suamiku
tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja di dalam rumah seakan
mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang, karena melihat diriku tidak
bosan menjaga anak di rumah.
Sebulan mengenal facebook, aku menilai tak ada yang istimewa pada
jaringan sosial ini. Namun, setelah mengenal chat (ngobrol), aku mulai
menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku. Baik itu
laki-laki, maupun ibu-ibu.
Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 37
tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook. Mungkin
ini yang membuat banyak orang yang tertarik untuk berkenalanlebih jauh
denganku. Dari sekian banyak lelaki yang menyapa aku di facebook, ada
beberapa lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku
mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami, Sehingga mereka tidak
pantas untuk menyukaiku
Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah
lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Karna semuanya berubah.
Karna adalah seorang PNS yang mendapat beasiswa S2 tingkat akhir salah
satu PTN , berasal dari luar Jawa. Wajahnya tampan setampan suamiku,
cerdas dan kaya. Dari postingannya aku dapat menilai, ia lelaki yang
sudah menikah ini sangat religious. Karna betul-betul mampu menggoyahkan
imanku.
Bahasanya yang santun, dan caranya ia memerhatikanku di facebook telah
membuat hati ini luluh. Setiap hari kami ngobrol lewat facebook. Bahkan
kami saling bertukar pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing.
Ya…boleh dibilang kami saling curhat-curhatan. Dari sinilah perasaan
aneh muncul, baik saya maupun Karna. Akhirnya, Karna menyatakan
sayangnya lewat chat dan ingin berjumpa denganku.
Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Karna tak mampu menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan suka kepadanya.
Setelah sekian bulan hanya chat di facebook, kami pun sepakat untuk
bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di
dikawasan timur Jakarta. Saat itu Karna datang seorang diri, sementara
aku membawa anak bungsuku.
Walaupun, aku menyukainya, aku tak ingin pertemuan kami menimbulkan
fitnah. Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Karna. Ia pun menyapaku
dengan suara berat. Ada yang lain muncul di dalam hatiku. Di tempat
itu, Karna pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Akupun
menyatakan hal yang sama.
Pertemuan dengan Karna di restoran tersebut bukanlah hal yang terakhir.
Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk bertemu. Bahkan,
kadang, aku bertemu dengan Karna seorang diri tanpa membawa anakku.
Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu rumah tangga.
Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Arjuna. Aku
sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Arjuna. Maklum, setiap
hari Arjuna bekerja mulai dari pagi hingga malam. Sementara, kadang aku
selalu bertemu dengan Karna dari siang hingga sore.
Karna telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak aku
shopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat- tempat hiburan lain.
Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan duit. Aku seakan-akan sudah
terjebak dalam kehidupan foya- foya.
Walaupun aku sering foya-foya dengan Karna, sikapku di rumah tetap
seperti biasa. Aku tetap sebagai istri melayani suamiku ketika ia baru
pulang dari kantor. Termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia
akan ke kantor di pagi hari.
Setelah jalan bareng dengan Karna selama dua bulan, aku pun tak mampu
menolak ajakan Karna untuk bertemu di hotel. Saat itu Karna sudah
membooking satu kamar di salah satu hotel berbintang di timur Jakarta.
Sekitar pukul 11.00 WIB aku datang menemuinya di kamar itu. Setelah kami
berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak kuasa ketika Karna
memeluk tubuhku.
Akhirnya, aku pun terjebak dalam rayuan syetan, tergoda dan rela
melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku sendiri.
Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, dari satu hotel ke hotel
yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, di hatiku
setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang sudah
memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu
memercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.
Aku ingin lepas dari kehidupan Karna yang harus kuakui telah memberi
warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di depanku
juga ia mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi, ia pun tak
bisa meninggalkanku.
Bulan berganti bulan, kehidupanku tak ada yang berubah. Aku pun dan
Karna masih tetap jalan bareng. Bahkan, aku semakin takut kehilangannya.
Namun, peribahasa yang mengatakan, sepandai- pandainya tupai melompat
pasti akan jatuh juga telah terbukti kepada diriku.
Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubungannya dengan Karna, akhirnya
ketahuan juga oleh suamiku. Aku, ketahuan selingkuh setelah suamiku
membaca SMS Karna yang berisi kata-kata mesra. Ia pun memaksa aku untuk
mengaku.
Aku saat itu tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung
menghubungi nomor ponsel Karna. Awalnya Karna membantah, dan mengatakan
bahwa ia dan diriku hanya berteman. Namun, setelah diancam oleh suamiku,
Karna mengakuinya dan meminta maaf.
Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku. Saat ini aku, dan Arjuna masih dalam tahap perceraian.
Namun, dalam doaku setiap selesai shalat aku memohon maaf kepada Allah
SWT, kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku
telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua atas
konsekuensi dari perbuatanku sendiri.
Namun, aku masih tetap berharap untuk bisa kembali bersama dengan Arjuna, dan akan aku buktikan untuk menjadi istri yang baik.
0 comments:
Post a Comment