CERITA DUA TANTE
Dua tante-tante yang bernama Rina dan Siska lagi ngerumpi berdua.
Rina: 'Sis, guwe bingung neh. Kadang guwe lagi gak nafsu tapi suami guwe
gatel dan horny mulu, jadi kepaksa guwe ladenin terus dianya'.
Siska : 'Oh kalo guwe sih Hampir gak punya masalah kayak gitu Rin.'
Rina : 'Wah emangnya apa yang elu lakukan kalo suami elu lagi horny gitu?'
Siska : 'Biasanya si kalo guwe lagi males terus dia udah mulai grèpè2,
guwe tahan napas kenceng2, terus guwe kenthut. Entar dia pasti bete trus
elu aman deh.'
Malamnya Rina udah mau tidur. Dan lampu udah dimatiin. Suaminya baru
keluar kamar mandi langsung mulai grépè2 pantatnya dan Rina langsung
memperagakan jurus baru yang diajarkan Siska.
Ketika Rina udah kentut, suaminya berkata, 'Loh Siska, Elu kok disini?'
TANTE SEBELAH
Pada suatu malam, Onyod dan Odah, sepasang suami-istri sedang melakukan
ritual "malam jumat suci" mereka. Saking hot-nya melakukan kewajiban
mulia tersebut, mereka lupa mengunci pintu kamar.
Saat sedang asyik-asyiknya Odah "fly" dan sedang "on" dalam posisi di
atas perut Onyod, dibumbui dan disertai irama desahan-desahan birahi
cinta membara mereka, tiba-tiba Ntong anak laki-laki mereka yang berumur
8 tahun menerobos masuk kamar, dan sempet ngeliat adegan mesra Odah
menindih perut Onyod.
Nggak tau karena terkejut atau ketakutan dimarahin Bapak dan Emaknya
karena udah ngeliat adegan terlarang buat bocah, Ntong pun cepet-cepet
lari keluar kamar dan ngumpet di kolong meja makan.
Odah sang Emak, ngerasa bersalah juga sama Ntong, karena lupa nutup
pintu waktu dia dan Onyod ngelakuin hajat malam jumatan, dan langsung
berlari ke tempat Ntong ngumpet: "Jangan takut, Ntong. Emak tadi sedang
usaha bikin perut Babe lu agak kempesan dikit. Pan Ntong tau, gimana
perut Babe lu, buncitnya kebangeten kan...?" Kata Odah berusaha membujuk
agar Ntong nggak takut, dan nggak punya pikiran macem-macem, maklum
masih bocah kelas 3 SD.
Ntong rada lega, Emaknya nggak marah karena udah nerobos masuk kamar Emak dan Babenya kaga pake permisi.
Trus Ntong nanggepin omongan Emaknya: "Menurut Ntong sih percuma deh,
Mak. Perut Babe kagak akan pernah kempes-kempes, karena ampir setiap
pagi pas Emak ke pasar, sebelum Babe ngantor, Ntong sering liat Tante
Ikoh, tante yang tinggalnya persis di sebelah rumah kita, suka tiduran
di bawah perut Babe sambil mulutnya niup-niup gitu, Mak.!"TANTE RIANA
Kota Surabaya makin sunyi, ketika langkah – langkah kecil Riana membelah percikan air hujan yang makin deras jatuh ke bumi. Wajahnya yang basah tak tau lagi basah karena hujan atau air matanya, kepedihan ini makin membenamkan Riana hingga puncak kepedihan tertinggi. Akhirnya Riana duduk terkulai di bawah pokok yang rindang, Riana menggigil kedinginan air yang jatuh dari daun di tampung dengan tangannya yang mulai pucat. Entah berapa banyak tetesan air itu tertampung dan meleleh melewati jari – jari tangannya yang lentik, hingga air tak lagi menetes dan Riana tertegun, dan menengadah keatas memastikan apa yang terjadi.
Riana tersentak menatap sosok yang berdiri memayunginya, pemuda tampan dengan tatapan penuh iba. Riana berdiri dan berusaha lari dari pemuda yang tidak di kenalnya, tapi tangan itu lebih dulu mencekal lengan Riana hingga langkah Riana terhenti.
“Lepasin aku, kamu siapa ?”. kata Riana ketakutan.
“Tante, disini saja masih ujan .. aku David…”. Jawab pemuda yang ternyata bernama David.
“Jangan panggil aku Tante …”. Kata Riana ketus.
“Ok … aku panggil Kakak .. boleh ?”. Tanya David sambil melepaskan cekalan tangannya karena Riana terlihat kesakitan.
“Boleh .. kamu siapa, mau apa ?”. Tanya Riana mulai tenang karena David terlihat baik.
“Aku David kak, dari tadi aku liat kakak jalan tanpa tujuan, mau aku antar pulang?, ini sudah larut kak nggak baik perempuan jalan sendirian hujan lagi..”. Kata David memperhatikan wajah Riana yang mulai pucat.
“Aku nginap di hotel …”. Jawab Riana, dan membiarkan David mengantarkannya ke hotel tempat Riana menginap selama beberapa hari hingga pekerjaannya selesai.
Malam itu Riana tertidur kelelahan juga kedinginan ditambah dengan perasaan yang tak menentu, mimpi pun menemani tidurnya yang tak nyenyak, mimpi yang sama sekali tak indah, mimpi yang melenyapkan senyum dibibirnya, mimpi yang menghadirkan kernyit di keningnya. Riana tertidur dengan segumpal asa yang tak pernah sampai pada singgasananya.
***
Pagi yang cerah, Riana kembali berjalan menyusuri kota Surabaya, Riana masih ingin mencari jejak sosok manis yang selama ini menjadi impiannya, Adit si bronis yang telah menerbangkan angannya ke langit yang tinggi, dan sekaligus menenggelamkannya ke jurang kepedihan yang dalam. Riana masih berharap Adit datang dan mengatakan kalo yang kemaren itu adalah bohong. Ketika Riana menendang sebuah kaleng bekas minuman , kaleng itu mengenai kaki seseorang ,,
“Adow .. sakit tau “. Teriak seseorang kepada Riana.
“Maaf …… kamu ?”. Mata Riana menatap sosok pemuda tampan yang semalam mengantarnya kembali ke hotel.
“Nggak apa – apa kak, tadi sih sakit sekarang udah nggak kok “. Jawab pemuda yang tak lain adalah David sambil tersenyum.
“Kenapa kamu ada lagi disini, sepertinya kamu ngikutin aku terus ?”. Tanya Riana curiga.
“Eh jangan geer kak, ini daerah kekuasaan ku, tuh aku tinggal di dalam sana, jadi ini daerah ku, kakak yang orang baru di sini”. Jawab David sambil menunjuk gang kecil .
“O gitu ,, baik aku cuma numpang lewat, permisi “. Kata Riana sambil bergegas meninggalkan David.
“Silahkan .. tapi ngomong – ngomong kakak ke sini mau cari apa ya?”. David mengikuti langkah kaki Riana dan mulai melancarkan partanyaan awal.
“Cari Adit …”. Jawab Riana tanpa sadar .
“O .. Adit ,, dia dah punya pacar kak, ma aku aja mau gak? aku masih zendiri kak,,”. Kata David tersenyum menggoda.
“Mangnya kamu kenal ma Adit, kenal juga enggak kalee ?. Kata Riana lagi
“Kenal dong, temen ku itu kak, dia yang suruh aku ngikutin kakak semalam ……”. David keceplosan omong dan langsung membekap mulutnya sendiri.
“Temennya,,,, kenapa tidak bilang dari tadi, ayo kamu temenin aku jalan – jalan “. Kata Riana dengan senyuman yang mulai mengambang di bibirnya.
“Kenapa kakak suka ma Adit? zuami kakak mana? .. “. Tanya David bertubi – tubi.
“Adit ganteng kaya skuteng, zuami ku dah ilang ..”. Jawab Riana seenaknya.
“Kalo ilang di cari to kak, aku juga ganteng kan kak…?”. Tanya David lagi hingga Riana ketawa ngakak.
“Kamu lucu juga ya,, pantes jadi badut …”. Jawab Riana asal.
“Terzerah kakak, yang penting kakak tertawa gak nangis kayak semalam..” Kata David lagi dengan wajah lucu.
Pertemuan Riana dengan David mampu mengobati luka hati Riana, keluguan dan kelucuan David sedikit demi sedikit menghapus bayangan Adit dari pikiran Riana. Beberapa hari selanjutnya Riana selalu di temani oleh David, walaupun David lucu tapi memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Seperti pagi itu ketika mereka menikmati pagi di taman kota.
“Dek, menurut kamu aku harus gimana ya ..”. Tanya Riana dengan wajah yang murung.
“Kakak cantik, bibir kakak sexy, ku pazrah ma kakak mau di apain juga boleh,, terzerah kakak..”. Jawab David yang betul – betul gak nyambung, tapi jawaban itu membuat wajah murung Riana kembali berseri karena tawa yang lepas landas .
“Aku bukan tanya itu dek, aku tanya harus bagaimana lagi melanjutkan hidup ku ini..”. Kata Riana menegaskan pertanyaannya, tapi wajahnya sudah tidak murung lagi.
“Kakak cari zuami baru, tapi jangan Adit dia cuma mau ngabisin uang kakak … aku boleh daftar gak kak ..?”. Jawab David lugu tapi tawa Riana lepas lagi.
“Ya udah, kamu benar aku harus cari suami lagi, bukan Adit bukan juga kamu ..”. Kata Riana tersenyum
“Terzerah kakak, yang penting kakak bahagia ..”. kata David lagi dengan mimik yang kecewa.
“Dek, kamu jangan kayak gitu, sini aku sun kening kamu, ini ciuman sayangku buat kamu, siang ini aku kembali ke jakarta..”. Kata riana sambil mendaratkan ciumannya di kening David.
“Ya kak, sini aku cium bibir kakak yang sexy …….. ………. “. David mencoba merangkul Riana, tapi riana udah keburu kabur menjauh dari jangkauan David yang lucu. David pun tersenyum menatap bayangan Riana yang sudah menemukan keceriaannya kembali.
David merelakan dirinya menjadi tempat curahan hati sang Tante yang sudah terluka hatinya oleh sahabatnya Adit. David sebenarnya sudah ingatkan Adit untuk tidak bermain – main dengan wanita yang sudah dewasa, tapi namanya juga Adit si pengembara cinta semua mau di embat. Sebenarnya David juga sudah jatuh cinta pada sang Tante, yang tidak mau di panggil Tante alasannya cuma Adit yang boleh gunain panggilan itu, tapi ya sudahlah ” ketika mimpi mu “..… ( jadi nyanyi deh …).
***
Akhirnya Riana kembali ke Jakarta, kembali pada dudanya Heru. Langkah ini di ambil setelah melewati pergulatan seru antara Riana dan hatinya, kegelisahan hati mendatangkan perdebatan panjang, perdebatan yang melelahkan,
“Nggak pantas kamu larut dalam kesedihan seperti ini, hanya karna anak kecil itu kamu biarkan air mata kamu mengalir deras, tangisan yang sia – sia. Masih banyak tempat untuk kamu, bukan disini menangisi masa lalu … lihat wajah kamu kusam, diri kamu berantakan, tubuh kamu kurus, coba ingat kapan terakhir kamu makan dengan lahap …”. Suara entah dari mana asalnya menggema memenuhi gendang telinga Riana.
“Menurut kamu aku harus bagaimana ?..”. Tanya Riana sendu dan mulai merasakan lapar di perutnya.
“Banyak pilihan untuk kamu, pilihan terbaik kembali pada Heru, kamu aman bersamanya, kamu cantik, kamu cerdas, kamu mandiri, gunakan semua itu, dan yang harus kamu lakukan kembali pada yang Memiliki kamu, kepada yang telah Menganugerahkan semua kebaikan kepada kamu, kamu telah melupakan- Nya. Lihat hatimu kotor di penuhi sampah duniawi, hingga aku tak mampu menembus tebalnya kotoran itu, hingga aku hanya bisa menatap mu dari tempat ku yang kian terjepit …”. Suara itu semakin kuat membahana.
“Iya ……….. “. Bisik Riana lirih, dan air mata mulai berjatuhan.
“Tugas ku selesai, kamu sudah lihat jalan mana yang seharusnya kamu tempuh, jangan biarkan hati kamu kalah oleh dunia ini, dunia ini sangat tidak pantas untuk kamu cintai …”. Suara itu kian memudar.
“Kalau aku butuh kamu, kemana aku harus mencari mu …”. Riana mulai tersentak dan merasakan kehilangan.
“Aku selalu ada di pojok hati mu … aku selalu ada .. aku salalu ada …”. Dan suara itu benar – benar lenyap.
Entah kenapa, tiba – tiba saja semangat Riana kembali tumbuh, Riana merasakan rindu yang memuncak pada yang Memiliki hidup, Riana merasakan getir karena telah melupakan-Nya, Riana ingin kembali, kembali dalam kedamaian. Perlahan Riana menemukan arah yang seharusnya ia ambil dari kemaren – kemaren.
***
Jakarta menyapa kehadiran Riana dengan ramahnya, di tambah dengan tugas yang Riana lakukan sangat memuaskan, hingga Heru tak segan memberikan pujian pada bekas istrinya ini. Riana tak mau buang – buang waktu, ia langsung ke salon , menikmati makanan yang enak, Riana mengelilingi kota Jakarta menghirup udara kebebasan yang telah lama tak di lakukannya.
Kecantikan Riana kembali seperti semula, di tambah dengan bathin yang tak lagi resah. Hari – hari Riana kembali di sibukkan dengan aktifitas rutin seperti yang dulu ia lakukan sewaktu masih menjadi istri Heru, Riana mengambil alih tugas – tugas dari kantor Heru. Riana kembali menjadi tangan kanan nya Heru.
Semakin hari Heru makin tersentak dengan keberadaan Riana, hati Heru mulai merasakan getar yang aneh setiap kali menatap mata Riana yang semakin di tatap semakin indah. Heru mulai mengingat kenangannya bersama riana, kenangan yang sudah lama tersimpan jauh di lubuk hati.
“Sayank , ntar kalo kita nikah kamu mau masakin aku apa ..?”. Itu pertanyaan Heru dulu sewaktu masih pacaran dengan Riana.
“Ku gak bisa masak, .. “. Jawab Riana pelan.
“Ya udah, ntar masaknya rebusan aja semua..”. Kata Heru sekedar menyenangkan hati Riana.
Dan pernikahan sederhana itu pun terlaksana, pernikahan yang penuh do’a dan harapan. Sepuluh tahun pernikahan yang di penuhi oleh pergulatan ekonomi, tiap hari Riana harus bekerja pagi hingga malam, tak jauh beda dengan Heru yang terus menekuni pekerjaan yang ia cintai. Karena kesibukan itu hingga mereka berdua tidak mempersoalkan tidak hadirnya buah hati di tengah keluarga. Hingga tahun ke tujuh pernikahan itu, ekonomi mulai membaik, tapi kesibukan bukannya mereda tetapi malah semakin padat hingga pertemuan mereka berdua pun bisa dihitung dengan hitungan jam. Hingga perselisihan itu mulai ketika datang orang ketiga, Fanny merebut hati Heru dengan kelembutannya, dan Heru mulai mencari alasan untuk bisa menikah dengan Fanny. Dengan kejamnya Heru mengatakan kalau ia ingin memiliki anak, Riana memberi ijin untuk menikah dengan Fanny tapi sebelumnya ceraikan dulu dirinya, karena bagaimanapun ia tetap perempuan yang tidak bisa berbagi cinta dengan wanita lain.
Perceraian itu pun tidak bisa di elakkan lagi, Riana menangis karena dirinya telah merasakan bahwa Heru akan mendampinginya hingga akhir hayat. Ternyata takdir berkehendak lain, Riana bisa saja menerima Fanny sebagai madunya , tapi Riana terlanjur sakit dengan kata -kata yang di lontarkan Heru padanya. Heru mengatakan Riana mandul, hingga kesabaran Riana pun habis.
Namun sekarang, pesona Riana kembali menghipnotis Heru, apalagi Fanny tak kunjung hamil, dan bisanya hanya berdiam di rumah tanpa aktifitas yang bisa membantu Heru. Heru sudah pernah mengajak Riana rujuk, tapi sampai saat ini Riana masih bungkam belum memberikan jawaban pasti, hingga malam itu Heru bisa mengajak Riana makan malam berdua, itu juga dengan sedikit trik bo’ong.
“Lho, kita kok malah kesini kak ?”. tanya Riana heran karena Heru membelokkan mobil yang di kendarainya masuk ke parkiran sebuah Resto yang unik.
“Iya, temani aku makan dulu, aku lapar dari tadi siang belum makan..”. Tuh kan keliatan banget bo’ongnya.
“Baik, tapi kasian Fanny lo, sendiri di rumah, kamu malah makan ma aku ..”. Kata Riana mengingatkan Heru pada istrinya.
“Udah, aku dah sering ajak Fanny makan di luar, kamu yang belum pernah ku ajak..”. Jawab Heru membuat Riana terdiam.
Kecanggungan antara mereka berdua terasa sekali, hingga diam pun meraja hingga makanan tersaji di depan mereka. Makanan kesukaan Riana sengaja di pesan oleh Heru.
“Kamu masih suka kan sama Gurame bakar ini ?”. Tanya Heru sambil meletakkan potongan yang besar di piring Riana.
“Masih lah,….. “. Jawab Riana tanpa basa – basi dan langsung menyantap daging ikan bakar yang gurih itu.
“Kalau aku, kamu masih suka tidak …?”. Tanya Heru pelan sambil memperhatikan Riana yang makan dengan lahapnya, pertanyaan Heru membuat Riana terbatuk, dan harus menenggak segelas teh manis.
“Maksud kamu apa …?”. Tanya Riana setelah batuknya reda.
“Maksud ku, kamu tinggal di rumahku, tapi kamu masih berstatus janda , apa itu tidak mengganggu kamu ?”. Tanya Heru lagi.
“Ini jakarta kak, bukan kampung, lagian aku tidur di kamar tamu di bawah, atau kamu merasa keberatan dengan keberadaan ku, baik besok aku cari kontrakan “. Kata Riana mulai merasa tidak nyaman.
“Bukan begitu Riana, aku masih cinta sama kamu, aku mau kita kembali menjadi pasangan suami istri seperti dulu…”. Kata Heru berusaha meraih tangan Riana.
Riana diam tak bergeming, matanya perlahan mulai buram, air mata mulai jatuh perlahan menetes di pipinya yang indah.
“Kamu mengapa menangis?, kalau kamu tidak mau tidak apa – apa, aku tidak akan memaksa …”. Kata Heru gelisah melihat air mata Riana yang jatuh tak terbendung.
Riana sibuk dengan air matanya yang kian deras, hingga Riana tak mampu berkata – kata. Heru diam menunggu Riana tenang, makan malam yang tadinya di harapkan manis dan romantis, eh malah jadi kacau begini, Heru menyesal kenapa tidak bisa menunggu hingga mereka makan dulu sampai kenyang.
“Sudah nangis nya … sekarang kamu mau lanjut makan atau langsung pulang, kata – kata ku tadi tidak usah di pikirkan “. Kata Heru menenangkan Riana.
“Aku belum kenyang ..”. Jawab Riana sambil mulai menyantap hidangan yang ada di depannya.
“Baik , kita makan lagi ..” . Kata Heru tersenyum melihat Riana mulai makan lagi dengan lahap.
“Masalah yang tadi kak, sebenarnya aku dah nunggu lama, bahkan terlalu lama ..”. Kata Riana cuek.
“Kalau gitu, kenapa nangis ..?”. Tanya Heru semangat.
“Habis nya, aku terharu, aku sedih, bahagia, kamu bisa liat aku lagi, walaupun sudah ada Fanny di samping kamu.” . Jawab Riana tenang.
“Ya udah, aku akan urus semuanya, kamu tinggal tau beres, masalah Fanny terserah kamu, kalau kamu minta aku untuk menceraikan Fanny, aku akan lakukan itu”. Kata Heru lagi.
“Jangan, biarkan Fanny tetap di posisinya sekarang, aku akan coba untuk ikhlas berbagi dengan dia, aku sudah rasakan bagaimana tidak enaknya menjadi janda, aku tidak mau Fanny merasakan hal yang sama, cukup aku “. Jawab Riana membuat Heru tertegun.
Akhirnya makan malam itu menjadi titik balik kehidupan mereka berdua, cinta kembali hadir bersemi di hati, lagu merdu mengalun perlahan di balik relung hati terdalam, menghangatkan malam yang semakin sunyi. Kemesraan yang pernah hilang, kini kembali datang menyapa, di antara tangisan dan air mata Riana yang jatuh bangun mengejar cinta, ternyata cinta itu dekat teramat dekat, namun Riana tak menyadarinya.
Hidup ini akan indah pada waktunya, begitulah jika kita mampu sedikit bersabar menunggu waktu ketika bahagia itu menyapa. Dan Riana kembali menemukan bahagia yang selama ini ia cari
0 comments:
Post a Comment