Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga
dengantelanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat
cermin ituyang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo
matang gelap. Rambutkasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan
dan kaki serta dadaku yangmembidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah
kemaluanku. Rambutnya tumbuh suburdengan batang zakarnya yang selalu
terhangati olehnya. Kuraba-raba batangkemaluanku yang mulai beranjak
tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali.Air keringatku turut
membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambilduduk di kursi
plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorangwanita.
Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 20
centimeterdengan garis lingkar yang 18 centimeter! Mataku hanya merem
melek sajamenikmati sensasi yang indah ini.
Perlahan-lahan
aku mulai melumuri batangzakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil
menggenggam batang zakar, akuterus menerus melakukan mengocok-ngocok
secara lembut yang berangsur-angsur ketempo cepat.Aku tengah menikmati
itu semua dengan sensasiku yang luar biasaketika tiba-tiba pintu kamar
kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenakterperangah, lebih-lebih
saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali takpernah
kudengar."Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!"Irma? Adik sepupukudari
Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja?
Gila!Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah
pintu untukmembukakannya. "Irma?" ucapku sambil menggeser posisiku
berdiri untukmemberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy
ini. Irma terussaja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan
lari ke kamar mandi yangmemang tersedia di setiap kamar kost ini.
Sejenak aku melongok keluar, sepi,hanya gelap di halaman samping yang
menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututupdan kukunci. Aku hanya
menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tasransel Irma.Tak
berapa lama Irma keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnyayang
lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini
Irmahanya memakai kaos oblong khas Jogja. Rupanya ia telah melepas
celana jeansbiru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning
langsat dan ketat ituterlihat jelas. "Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat
nilai jelek lagi disekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?" tanyaku sambil
mendekat dan mengelusrambutnya, Irma hanya terdiam saja. Anak SMU kelas
dua ini memang bandel.Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya
begitu. Tak mudah diatur danmaunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang
sering kewalahan jika ia datangmendadak minta perlindunganku. Aku memang
punya pengaruh di lingkungankeluarganya.Irma hanya berdiri termangu di
depan cermin olah ragaku. Walauwajahnya merunduk, aku dapat melihat
bahwa dia sedang memandangi tubuhku yangsetengah telanjang ini."Lama ya
Mas, Irma nggak ke sini.""Hampirlima tahun," jawabku lebih mendekat lagi
lalu kusadari bahwa lengan dantangannya luka lecet kecil."Berantem
lagi, ya? Gila!" seruku kagetmenyadari memar-memar di leher, wajah,
kaki, dan entah dimana lagi."Irmakalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok
jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, janganbilang sama Bapak Ibu ya, kalau
Irma kesini. Aduh...!" teriak tertahanIrma mengaduh pada dadanya."Apa
yang kamu rasakan Ir? Dimana sakitnya,dimana?" tanyaku menahan tubuhnya
yang mau roboh.Tapi dengan kuat Irmadapat berdiri kembali secara gontai
sambil memegangi lenganku."Seluruhtubuhku rasanya sakit dan pegal semua,
Mas, ouh!""Biar Mas lihat, ya?Nggak apa-apa khan? Nggak malu, to?"
desakku yang terus terang aku sudahmulai tergoda dengan postur tubuh
Irma yang bongsor ketat. Irma hanya menganggukkalem."Ah, Mas Wid. Irma
malah pengin seperti dulu lagi, kita mandibareng... Irma kangen sama
pijitan Mas Wid!" ujar Irma tersenyummalu.Edan! Aku kian merasakan
batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelassekali terlihat pada
bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam bendakeras yang hendak
menyodok keluar. Dan Irma dapat pula melihatnya! Perlahankulepas kaos
oblong Irma. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudianmembiarkan
tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berendaketatnya.
Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yangindah
itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh
telanjangnya.Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya,
bibirnya, lalu leher danterus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba
dan mengelus serta meremas lembutbuah dadanya yang ranum ini. "Mas
Wid... enak sekali Mas, teruskan yaaa...ouh, ouh..!" pinta mulut Irma
sambil merem-melek. Mulutku kini maju kedada Irma. Perlahan kuhisap dan
kukulum nikmat puting susunya yang coklatkehitaman itu secara bergantian
kiri dan kanannya. Sementara kedua jemaritanganku tetap meremas-remas
kalem dan meningkat keras. Mulut Irma makinmerintih-rintih memintaku
untuk berbuat lebih nekat dan berani. Irmamenantangku, sedotan pada
puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingidengan memilin-milin
puting-puting susu tersebut secara gemas."Auuuh, aduhMas Wid, lebih
keras... lebih kencang, ouh!" menggelinjang tubuh Irmasambil berpegangan
pada kedua pundakku. Puting Irma memang kenyal danmengasyikan.
Kurasakan bahwa kedua puting susu Irma telah mengeras total.
Akumerendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil
Irma, menyapuperutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Irma
rupanya dicukur habis,sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging
lembut yang terbelah celahsempitnya yang rapat. Karuan lagi saja,
mulutku langsung menerkam bibirkemaluan Irma dengan penuh nafsu. Aku
terus mendesakkan mulutku ke dalam liangkemaluannya yang sempit sambil
menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnyadi dalam sana. Irma
benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, akumemang memliki
jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalaudibandingkan,
Irma lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanyamelumat-lumat
bibir kemaluan Irma, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan
ganas,menggigit kecil serta menjilat-jilat.Tanpa kusadari kain handukku
terlepassendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk
menerjang liangkemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan
meminta Irma untuk jongkokdi depanku. Gadis itu menurut saja. "Buka
mulutmu, Dik. Buka!"pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam
mulut Irma. Gadis itusemula menolak keras, tapi aku terus memaksanya
bahwa ini tidak berbahaya.Akhirnya Irma menurut saja. Irma mulai
menyedot-nyedot keras batang kemaluankusembari meremas-remas buah
zakarku. Ahk, sungguh indah dan menggairahkan.Perbuatan Irma ini rupanya
lebih binal dari Sinta. Jemari Irma kadangkalamenyelingi dengan
mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya danmelumat-lumat
dengan girang."Teruskan Dik, teruskan, yeeeahh, ouh...ouh... auh!"
teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Akuturut serta
menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Irma, sehinggagadis
cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini
akutak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku
muntahkanspermaku di dalam mulut Irma yang masih mengulum ujung batang
kemlauanku."Crooot...creet... crret...!""Ditelan Dik, ayo ditelan habis,
dan bersihkanlepotannya!" pintaku yang dituruti saja oleh Irma yang
semula hendakmemuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Irma telah
menjilati dan membersihkanlepotan air maniku di sekujur ujung
zakar."Maaasss, ouh, rasanyaaneh...!" ujar Irma sambil kuminta berdiri.
Sesaat lamanya kami salingpandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan
dengan hangat dan mesra.Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu
menggelitik birahikukembali."Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!"
pintaku sambilmengarahkan tubuh Irma untuk menungging. Irma manut.
Dengan cepat aku terusmembenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan
Irma lewat belakang danmelakukan gerakan maju mundur dengan kencang
sekali. "Aduuh, auuh... ouh..ouh... aaah... ouh, sakit, sakit Mas!"
teriak-teriak mulut Irmamerem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku
itu terus saja kuperkosa denganhebat. Sambil berpegangan pada kedua
pinggulnya, aku menari-narikan batangkemaluanku pada liang kemaluan
Irma."Sakiiit...ouhh...!""Blesep... slep... sleeep..." suara
tusukanpersetubuhan itu begitu indah.Irma terus saja menggelinjang
hebat.Aku segeramencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh
Irma yang kini telentangdengan kedua kakinya kuminta untuk melipat
sejajar badannya. sementara keduatangannya memegangi lipatan kedua
kakinya. Kini aku bekerja lagi untukmenyetubuhi Irma."Ouuh... aaahhk...
ouh... ouh...!"Dengan menopangtubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku
terus kian ganas tanpa ampun lagimenikam-nikam kemaluan Irma dengan
batang kemaluanku."Crrrooot... cret...creet...!"Menyemprot air mani
zakarku di dalam liang kemaluan Irma."Maaas... ouuuh... aduh... aaahk!"
teriak Irma yang langsung agaklunglai lemas, sementara aku berbaring
menindih tubuh bugilnya dengan batangkemaluanku yang masih tetap
menancap di dalam kemaluanya.
0 comments:
Post a Comment